Juni 2012 | Pecinta Alam PANCAPALA
Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
id line : Yustinus.aditya WA : 082226174704
RSS

saudara-saudaraku Pecinta alam ,,beberapa waktu lalu  mencari-cari motivasi untuk diriku sndiri ,aku melihat suatu blog yang isinya sangat menharukan,.,ijinkan saya untuk membagininya dengan kalian ,,.agar kita semua tau,agar kita semua lebih memahami  apa sesungguhnya PECINTA ALAM itu.,.silahkan di nikmati..!!!!!

Mengapa Aku Mencintai Gunung

Malam ini aku mendadak rindu betul pada puncak-puncak gunung yang sunyi sesudah kemarin menikmati pesona Gunung Karang, Banten, pada pagi hari dua hari lampau..Lalu, seorang kawan lama yang tak pernah mendaki gunung entah mengapa pagi ini membangkitkan kenangan mbah Kanyut pada puncak-puncak gunung-gunung yang pernah mbah kunjungi pada zaman lampau. Kawan itu bertanya, mengapa kau menyukai gunung? Mengapa kau lebih suka keluyuran di tengah alam bebas ketimbang berlibur ke mall-mall?
Catatan ini kupersembahkan kepadamu, kawanku yg baik, catatan lama setahun yg lalu… Aku berharap, dalam waktu dekat ini, kita akan mendaki gunung bersama-sama. Semoga.
——— -
Saat kita memandang gunung yang menjulang membisu, apa yang ada dipikiran? Bukit, gunung, lembah, semuanya membisu. Hanya desis angin malam terdengar Barangkali gunung ini telah diam istirahat berabad-abad, mengumpulkan kekuatan untuk suatu saat nanti meledakkan diri, menghambur laksana bulu-bulu beterbangan di tiup angin. Entahlah. Tapi aku merasa yakin itu pasti akan terjadi. Mungkin nanti kalau kiamat… Puncak-puncak gunung yang sunyi seperti mengawetkan segala kemurnian dunia yang sudah hilang ditelan ambisi dan keinginan dunia di bawah sana. Di tengah-tengah keheningan dan aroma kemurnian ini, aku merasa bumi di bawah telah begitu lusuh, sumpek. Kadang-kadang aku berpikir rumahku sesungguhnya ada di sini, di setiap puncak gunung-gunung. Sebab, di puncak-puncak itulah aku merasakan akrab dengan semua lingkungan di sekitarku. Aku sulit mengakrabi kota-kota besar, apalagi metropolitan seperti Jakarta. Hampir semua yang kutemui adalah palsu – air mancur buatan, bunga palsu di vas bunga meja kantor, lukisan-lukisan pemandangan, senyum dibuat-buat para SPG di mall-mall, toko-toko, keramahan semu di jalan-jalan, menjual agama dan mengatasnamakan Allah demi kekuasaan….
Orang di kota kebanyakan tak mengerti kenapa ada orang-orang yang begitu menyukai gunung-gunung yang sepi, jauh dari gemerlap dan keceriaan. Tetapi sesungguhnya situasi di alam bukanlah kesepian, melainkan keheningan. Orang-orang kota besar mudah merasa kesepian, namun di kota besar orang susah merasakan keheningan. Keheningan memiliki daya yang unik dan asli, yang hakiki. Keheningan tidak mengisolasi kita dari keberadaan diri kita, tetapi mendekatkan eksistensi kita dengan hakikat segala sesuatu. Kita menjadi dekat dengan diri kita sendiri. Di keramaian kota, kita mengasingkan diri kita sendiri…dalam keheningan, selalu tumbuh kesadaran :
Kita sebenarnya adalah sungai-sungai kecil yang membawa lentera-lentera kecil yang memancarkan serpihan cahaya di antara bebatuan dan pepohonan, yang menyusup di sela-sela awan nan tinggi; cahaya itu kadang menyurut redup di dekap kabut, yang bermain di kelopak mata kita, yang terlalu sering mengantuk dihembus angin malam, yang dingin, yang mencekam dan yang menusuk pori-pori kulit kita, yang tak lagi murni. Tubuh kita adalah cermin yang terlanjut kusam oleh debu dunia dan terlalu lama sudah wajah kita ini kita tutup dengan topeng yang tersenyum selalu. Tanyakan pada nurani, sebab ku yakin nurani akan berkata jujur karena ia tak pernah berbohong sejak ia diciptakan. Pandanglah dengan seksama manusia kota yang kita sebut beradab itu. Mereka sering berbohong demi ambisi pribadi, menipu nurani. Nurani disingkirkan di sudut hati, dan ia hanya bisa menangis melihat kita berenang bersama kebohongan.
Tapi alam, dengan pantai, ombak, gunung, kabut, angin, embun, hujan dan hutan mengajariku kejujuran dan kesederhanaan. Ia mentertawakan manusia. Manusia begitu rapuh berhadapan dengan dirinya sendiri. Kita, para manusia, sering mengingkari ikrar kehidupan yang dulu kita buat bersama semesta. Ikrar kita adalah menjadi wakil Tuhan. Kita adalah semesta kecil yang menampung semesta besar. Semesta kecil ini bukan hanya tubuh dan pikiran, tetapi juga ruh dan jiwa rohani. Tapi kita abai, kita tak serius dengan ikrar kita, sementara Tuhan sungguh-sungguh serius dengan ikrar-Nya. Betapa sering kita ingkar dan tak patuh.
Aku kadang sedih dan malu sebab ternyata “kepatuhan Tuhan kepada manusia jauh lebih besar ketimbang kepatuhan kita kepada-Nya.” Bagaimana tidak, Tuhan telah berjanji untuk menyayangi manusia. Kita dulu juga berjanji untuk mematuhi-Nya. Lihatlah, walau banyak tindakan keingkaran seperti kekejaman dan kekejian yang terkadang membuat kita hampir-hampir tak percaya bahwa manusia bisa begitu kejam, tetapi Tuhan tetap patuh. Dia tetap mengirimkan hujan pada musimnya; Dia selalu menyegarkan kembali udara hingga kita tetap bisa bernafas; Dia tetap memerintahkan mentari dan rembulan menjalankan rutinitasnya; Dia tak mengeringkan air; Dia tak cabut rasa kenikmatan saat manusia berhubungan seksual kendati itu dilakukan di luar aturan yang ditetapkan-Nya. Jadi Tuhan begitu patuh kepada kita. Dia menjaga kita. Tapi kita suka ceroboh, iseng, dan kurangajar. Kita kacaukan udara kita t; kita rusak alam kita; kita salah gunakan kenikmatan; kita bikin alam yang dipelihara baik-baik oleh Tuhan menjadi menderita. Tetapi, alam itu punya batas kesabarannya sendiri. Ketika hutan gunung kita peras, alam marah. Mereka bersatu dengan air untuk menciptakan banjir. Tapi kita tak pernah mau sadar juga.
Tetapi rupanya manusia lebih suka memuaskan nafsu sesaatnya ketimbang menciptakan harmoni semesta kecil dan semesta besar.
Jadi kalau saja kita mau hidup sederhana saja, barangkali petaka tak kan sedemikian dahsyat. keserakahan yang membuat banyak hewan punah, hutan di habis, tanah tandus, dan ozon bolong, AIDS muncul, pemanasan global .. ah apalagi petaka yang menunggu di depan mata akibat keserakahan kita. Ya Allah, betapa banyak kearifan yang dibutuhkan di bumi yang makin muram ini.
Alam yang indah dan tenang ini sesungguhnya banyak mengajarkan rahasia bagaimana manusia membangun dirinya menjadi sosok yang berpribadi mulia: tenang, hening dan tegar seperti gunung, ramah seperti kicau burung, bergelora seperti ombak laut dan badai, sabar seperti tanah bumi, penuh kesadaran dan istiqamah seperti matahari, lembut seperti cahaya bulan, dan dermawan seperti udara. Maka aku mesti menyatu dengan alam, seperti kata Walt Whitman:
Now I see the secret of the making of the best person
It is to grow in the open air
And to eat and sleep with the earth.
Pada akhirnya, kawan, jika kau ingin mendaki gunung, ingatlah kata-kata bijak sang pendaki pertama yang menjangkau atap dunia: It is not the mountain we conquer, but ourselves
Nah, kawanku yang baik, rasanya kau sekarang tahu kenapa aku mencintai gunung dan alam.
Dari sahabat lamamu
Mbah Kanyut..



Postingan ini sengaja tidak saya edit ,karena agar kalian lebih bisa mendalami isi daringan tersebut.terimakasih. .ttd kakak ke 8.Yustinus Aditya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Motivasi seorang Pendaki Gunung

Motivasi seorang Pendaki Gunung


Suatu ketika, ada seorang pendaki gunung yang sedang bersiap-siap melakukan perjalanan. Di punggungnya, ada ransel carrier dan beragam carabiner (pengait) yang tampak bergelantungan. Tak lupa tali-temali yang disusun melingkar di sela-sela bahunya. Pendakian kali ini cukup berat, persiapan yang dilakukan pun lebih lengkap.

Kini, di hadapannya menjulang sebuah gunung yang tinggi. Puncaknya tak terlihat, tertutup salju yang putih. Ada awan berarak-arak disekitarnya, membuat tak seorangpun tahu apa yang tersembunyi didalamnya. Mulailah pendaki muda ini melangkah, menapaki jalan-jalan bersalju yang terbentang di hadapannya. Tongkat berkait yang di sandangnya, tampak menancap setiap kali ia mengayunkan langkah.

Setelah beberapa berjam-jam berjalan, mulailah ia menghadapi dinding yangterjal. Tak mungkin baginya untuk terus melangkah. Dipersiapkannya tali temali dan pengait di punggungnya. Tebing itu terlalu curam, ia harus mendaki dengan tali temali itu. Setelah beberapa kait ditancapkan,tiba-tiba terdengar gemuruh yang datang dari atas. Astaga, ada badai salju yang datang tanpa disangka. Longsoran salju tampak deras menimpa tubuh sang pendaki. Bongkah-bongkah salju yang mengeras, terus berjatuhan disertai deru angin yang membuat tubuhnya terhempas-hempas ke arah dinding.

Badai itu terus berlangsung selama beberapa menit. Namun, untunglah,tali-temali dan pengait telah menyelamatkan tubuhnya dari dinding yang curam itu. Semua perlengkapannya telah lenyap, hanya ada sebilah pisau yang ada di pinggangnya. Kini ia tampak tergantung terbalik di dinding yang terjal itu. Pandangannya kabur, karena semuanya tampak memutih. ia tak tahu dimana ia berada.

Sang pendaki begitu cemas, lalu ia berkomat-kamit, memohon doa kepada Tuhan agar diselamatkan dari bencana ini. Mulutnya terus bergumam, berharap ada pertolongan Tuhan datang padanya.

Suasana hening setelah badai. Di tengah kepanikan itu, tampak terdengar suara dari hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu.
"Potong tali itu.... potong tali itu.

Terdengar senyap melintasi telinganya. Sang pendaki bingung, apakah ini perintah dari Tuhan? Apakah suara ini adalah pertolongan dari Tuhan? Tapi bagaimana mungkin, memotong tali yang telah menyelamatkannya, sementara dinding ini begitu terjal? Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaimana aku bisa tahu? Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia merenungi keputusan ini, dan ia tak mengambil keputusan apa-apa...

Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki menemukan ada tubuh yang tergantung terbalik di sebuah dinding terjal.
Tubuh itu tampak membeku,dan tampak telah meninggal karena kedinginan. Sementara itu, batas tubuh itu dengan tanah, hanya berjarak 1 meter saja....


Teman, kita mungkin kita akan berkata, betapa bodohnya pendaki itu, yang tak mau menuruti kata hatinya. Kita mungkin akan menyesalkan tindakan pendaki itu yang tak mau memotong saja tali pengaitnya. Pendaki itu tentu akan bisa selamat dengan membiarkannya terjatuh ke tanah yang hanya berjarak 1 meter. Ia tentu tak harus mati kedinginan karena tali itulah yang justru membuatnya terhalang.

Begitulah, kadang kita berpikir, mengapa Sang Pencipta tampak tak melindungi hamba-Nya? Kita mungkin sering merasa, mengapa ada banyak sekali beban,masalah, hambatan yang kita hadapi dalam mendaki jalan kehidupan ini. Kita sering mendapati ada banyak sekali badai-badai salju yang terus menghantam tubuh kita. Mengapa tak disediakan saja, jalan yang lurus, tanpa perlu menanjak, agar kita terbebas dari semua halangan itu?

Namun teman, cobaan yang diberikan Sang Pencipta buat kita, adalah latihan,adalah ujian, adalah layaknya besi-besi yang ditempa, adalah seperti pisau-pisau yang terus diasah.
Sesungguhnya, di dalam semua ujian, dan latihan itu,ada tersimpan petunjuk-petunjuk, ada tersembunyi tanda-tanda, asal KITA PERCAYA.

Ya, asal kita percaya.

Seberapa besar rasa percaya kita kepada Sang Pencipta, sehingga mampu membuat kita "memotong tali pengait" saat kita tergantung terbalik? Seberapa besar rasa percaya kita kepada Sang Pencipta, hingga kita mau menyerahkan semua yang ada dalam diri kita kepada-Nya?

Karena percaya adanya di dalam hati, maka tanamkan terus hal itu dalam kalbumu. Karena rasa percaya tersimpan dalam hati,maka penuhilah nuranimu dengan kekuatan itu.Percayalah, akan ada petunjuk-petunjuk Sang Pencipta dalam setiap langkah kita menapaki jalan kehidupan ini. Carilah, gali, dan temukan rasa percaya itu dalam hatimu. Sebab, saat kita telah percaya, maka petunjuk itu akan datang dengan tanpa disangka.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MOTO PECINTA ALAM PANCAPALA

MOTO PECINTA ALAM PANCAPALA
Memang kami bukan yang terbaik ,tapi kami berusaha menjadi yang lebih baik.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

kode etik

Kode Etik Pecinta Alam Indonesia


Kode Etik Pecinta Alam
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam berserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
 Pecinta Alam Indonesia sebagai bagian masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawab terhadap Tuhan,bangsa,dan Tanah Air .
 Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa sengenap pecinta Alam adalah saudara , sebagai mahkluk yang mecintai Alam anugerah Tuhan yang Maha Esa.

 sesuai dengan hakekat di atas , kami dengan sadar menyatakan sebagai berikut:
-1-bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
-2-memelihara alam berserta isinya dan mempergunakan alam sesuai kebutuhan
-3-mengabdi kepada Nusa , Bangsa , dan Tanah Air
-4-menghormati tata kehidupan yang berlaku di masyarakat sekitarnya , serta menghargai manusia dengan martabatnya
-5-berusaha mempererat tali persaudaraan sesama pecinta alam
-6-berusaha saling membantu dan menghargai dalam melaksanakan pengabdian terhadap Tuhan,bangsa , dan tanah air
-7-selesai.

 Di sahkan pada forum Gladian 1V Unjung pandang , tanggal 28 Januari 1974 , pukul 01:00 WITA.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Diksar Garuda














  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

  PA.PANCAPALA.SMK PANCASILA 5 WONOGIRI  saat ini memiliki anggota sebanyak 133 dengan 10 angkatan yaitu :

-Tirtayuda
-Mahameru
-Arcapada
-Carten
-Hargo dumilah
-Hargo dalem
-Kenteng songo
-Garuda
-Dugu-dugu
-Ngapulu
 
 
 
Dan pembina :Kepala suku .MR.Irawan Ari Wibowo.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS